Sunday, December 16, 2018

WEDUS


WEDUS

Mendhing tuku sate, timbang tuku wedhuse
Mendhing genda’an timbang dadi bojone,
Mangan sate, ora mikir mburine
Ngingu wedhus dadak mikir sukete
reff :
Timbang dibojo, ora ana duite
Mendhing tak gae, genda’an wae
Ora usah mikir sabendinane,
Seminggu cukup sepisan wae
Mergone aku ora kuat,
Yen duwe bojo, wong melarat
Ra mblanjani, gawene sambat
Seneng kumpul modal dengkul banda nekat




------000------
Anda pernah mendengar lirik lagu di atas? Atau malah hapal? Ahai…jika termasuk yang terakhir—siapapun Anda-- bisa dipastikan Anda adalah penggemar berat lagu-lagu dangdut koplo Pantura.

Ya, lirik lagu di atas adalah bagian dari lagu berjudul Wedus (kalau tidak salah dipopulerkan Wiwik Sagita). Lagu itu sedemikian cetar di kalangan pegiat goyang yang biasa memadati Sriwedari di malam Minggu. Setiap Sabtu malam memang Sriwedari menyuguhkan lagu-lagu dangdut yang tak pernah sepi pengunjung.

Saya belum pernah bergabung ke komunitas mandi keringat itu meski tak dimungkiri pernah melihat dari jarak dekat lantaran bertepatan dengan saya mengantar anak-anak menikmati aneka permainan di taman hiburan remaja tersebut.

Saya menulis ini karena saya terpaksa harus “menikmati” lagu yang jauh dari kata nikmat itu (menurut saya lho ya) sebab setiap hari diputar di tempat kebugaran di mana saya sering berolahraga di sana.

Lagu berjudul Wedus ini hanya salah satu dari lagu-lagu dangdut koplo lainnya yang banyak beredar di masyarakat. Sebagian malah liriknya jorok dan diputar di radio-radio komunitas yang banyak beredar di udara Soloraya ini.

Jangan bandingkan lagu-lagu model ini dengan tembang-tembang legendaris kayak Ani-nya Bang Haji Rhoma Irama, Gubuk Bambu-nya Meggy Z (almarhum) atau Cinta Parabola-nya Mbak Evie Tamala. Sangat jauh dan tidak layak dibandingkan. Kebetulan tiga penyanyi ini lagu-lagunya menghiasi perjalanan masa kecil saya di desa nun jauh di Sukoharjo.

Sampai sekarang pun lagu-lagu itu masih popular dinyanyikan, bukan saja oleh generasi tempo doeloe tapi juga oleh anak-anak muda zaman sekarang. Tak aneh sebab lagu-lagu legendaris itu diaransemen ulang dan menjadi rasa baru yang kerap muncul di acara-acara hajatan.

Kembali ke lagu Wedus tadi. Dari yang tidak nggagas lama-lama saya terpaksa menjadi hafal karena setiap hari mendengarnya di gym tempat saya berolahraga. Dan dari situ saya tahu, selain kualitas suara penyanyinya sangat pas-pasan lirik lagunya juga sontoloyo. Jelas lagu yang dibuat hanya untuk “kepentingan sesaat”, hanya cari uang semata. Itu saja, selesai. Tanpa nilai seni yang bakal awet di setiap zaman.

Inilah yang membedakan dengan lagu-lagu zaman dulu. Kenapa lagu-lagu tempo dulu masih oke dinyanyikan sekarang? Karena kualitas seninya sangat kuat. Iramanya merdu, suara penyanyinya oke dan liriknya pun tidak asal-asalan. “Penyanyi zaman dulu itu menciptakan lagu dengan hati. Mereka ingin memberi yang terbaik bagi masyarakat, tidak berpikir apakah nanti lagunya akan laku dan menjadi uang atau tidak. Mereka hanya berpikir lagu yang dinyanyikan bagian dari sejarah bangsa ini,” tutur Bang Haji Rhoma Irama dalam salah satu wawancaranya dengan Sule di Trans 7, beberapa tahun lalu.

Pak Haji tidak asal omong. Tidak kurang 500 lagu telah ia ciptakan sejak album perdananya, Begadang diluncurkan pada 1973 silam. Bahkan album itu masuk dalam daftar 150 album terbaik sepanjang masa versi Majalah Rolling Stones. Oleh majalah itu Rhoma dimasukkan sebagai 25 artis terbesar Indonesia sepanjang masa bersama Bing Slamet, Ismail Marzuki, Koes Plus, Bimbo dan lain-lain.

Survei Reform Institute tahun 2008 juga menempatkan Rhoma Irama di atas penyanyi maupun grup-grup band tenar saat ini macam Ungu, Peterpan, Dewa 19 bahkan sang legenda hidup Iwan Fals.

Silakan cermati lirik lagu Wedus di atas. Tidak ada pesan moral sama sekali yang diusung sang pencipta lagu yang entah siapa dan dari mana ia berasal. Yang ada justru mengajar untuk bersikap pragmatis menghadapi hidup, yang penting senang bergelimang harta kendati bermandi dosa.

Genda’an atawa selingkuhan dikampanyekan secara masif dalam lirik lagu, diputar begitu bebas di radio-radio komunitas dan bisa didengarkan oleh siapa saja—termasuk anak-anak atau remaja.

Sebenarnya lagu tentang selingkuhan bukan barang baru. Topik orang ketiga sering menjadi inspirasi bagi para musisi untuk menuangkannya dalam bait-bait lagu, yang sering menyayat hati dan laris manis. Lagu-lagu galau ini benar-benar pas buat siapa saja yang saat ini jadi selingkuhan seseorang.

Yang pertama adalah lagu Begitu Salah Begitu Benar ciptaan Ahmad Dhani. Perhatikan liriknya:

"bahwa tak hanya diriku yang menjadi milikmu
 bahwa tak hanya diriku yang menemani tidurmu
 bahwa tak hanya diriku ada di hatimu selamanya"
Lagu ini bercerita tentang wanita yang bahagia walaupun tidak selalu bisa menemani sang kekasih. Ia sudah cukup dengan mencintai dan dicintai oleh pria tersebut walaupun mereka tidak bisa bersama.

Berikutnya adalah lagu Kekasih Gelapku yang dipopulerkan grup band Ungu. Lagu ini booming sekitar 6 tahun yang lalu. Bercerita tentang seorang pria yang mencintai kekasih gelapnya lebih dari ia mencintai kekasihnya sendiri.

Kumencintaimu lebih dari apapun
Meskipun tiada satu orang pun yang tahu
Kumencintaimu sedalam-dalam hatiku
Meskipun engkau hanya kekasih gelapku

Tak hanya lagu berirama sendu, ada juga lagu tentang orang ketiga dengan irama yang berapi-api. Tengok lagu Cemburu yang lagi-lagi dibikin Ahmad Dhani. Lagu ini menceritakan seorang yang sedang dibakar api cemburu. Liriknya bahkan bernada seram. Anehnya, lagu ini juga cukup populer.

Ingin kubunuh pacarmu
Saat dia cium bibir merahmu
Di depan kedua mataku
Hatiku terbakar jadinya cantik
Aku cemburu....

Dan tentu tak bisa dilewatkan adalah lagu karya Sheila on 7 yang sangat terkenal di awal 2000-an, Sephia.
Slamat tidur kekasih gelapku oh Sephia…
Smoga cepat kau lupakan aku
Kekasih sejatimu takkan pernah sanggup
untuk melupakanmu

Lagu itu menggemparkan musik Indonesia. Nama Sephia bahkan menjadi trand make untuk perempuan yang mengganggu hubungan/rumah tangga. Lagu ini meminta sang kekasih gelap untuk melupakan si pria karena ia ingin menjalani kehidupan cintanya dengan kekasihnya. Si pria kemungkinan merasa berdosa telah menghianati pacarnya dan berusaha kembali ke pelukannya dan meninggalkan si Sephia.

Gaes…dari beberapa contoh lagu bertema orang ketiga di atas coba bandingkan dengan lagu Wedus yang saya tulis di awal. Perbedaannya sangat jelas, seluruh lagu di atas bertema tentang cinta yang berbagi tanpa ada landasan materi alias harta benda. Sedangkan motivasi selingkuh pada lagu Wedus murni seratus persen karena masalah harta.
Timbang dibojo, ora ana duite
Mendhing tak gae, genda’an wae
Ora usah mikir sabendinane
Seminggu cukup sepisan wae
Mergone aku ora kuat

Benar-benar mengajarkan orang  untuk menjadikan materi/harta benda sebagai acuan utama untuk sebuah cinta. Repotnya lirik lagu model begini yang sekarang akrab di telinga kita. Bisa kita dengar lewat radio komunitas atau lewat rekaman Mp3 di HP-HP.

Jujur saya tidak tahu motivasi si pengarang lagu ini kala membuat lagu ini. Tentu tidak adil jika saya menghakimi sehabis-habisnya di sini sementara tidak ada secuil pun konfirmasi dari si pengarang lagu.



*Dimuat di Soloensis, 11 Maret 2016

No comments:

Post a Comment

PETAHANA OH PETAHANA

Presiden Joko Widodo membombardir publik dengan sejumlah kebijakan populis di tahun politik. Setelah menaikkan anggaran perli...